Keren, Prodi Arsitektur UPJ Hadirkan Pameran Arsitektur Suarakan Isu Perubahan Iklim!

Berdasarkan data sensus penduduk 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa penduduk Indonesia didominasi oleh Generasi Z, dengan total 74,93 juta atau 27,94% dari total penduduk Indonesia. Berbeda dengan generasi millenial, generasi Z dikenal sebagai eco hero dan berperan besar terhadap nasib lingkungan di masa depan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya hasil survei dari Meta Indonesia tentang "Gen Z Report [HS2] 2022", sebanyak 79% generasi Z menyatakan bahwa perubahan iklim merupakan isu yang serius. Lebih lanjut hasil survei tersebut terungkap saat ini mereka sedang dihadapkan dengan kondisi alam yang sudah tidak sehat lagi. Mulai dari perubahan iklim yang ekstrim, tingkat polusi udara, dan banyak sampah plastik dimana mana. Oleh karena itu gerakan kepedulian terhadap perubahan iklim di bumi mulai banyak dimotorisasi oleh Gen Z sehingga  banyak masyarakat mulai sadar bahwa bumi butuh perhatian lebih. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa isu perubahan iklim menjadi perhatian dunia untuk penting didiskusikan melalui berbagai forum, khusus pendidikan seni, desain, dan arsitekutur. Memahami kondisi yang ada, Program Studi (Prodi) Arsitektur Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) menginisiasi pameran karya seni green architecture, yang termasuk dalam rangkaian acara ARCHWORK 7 mengusung tema besar “The Future of The Land, Where We Stand”, berlangsung mulai dari tanggal 6 Maret – 12 Maret tahun 2023 di Creative Box Bintaro.

Dengan adanya pameran seni green architecture ini, Prodi Arsitektur UPJ berharap semakin banyak mahasiswa UPJ yang mayoritas kebanyakan gen Z  mulai berkomitmen terlibat aksi nyata terhadap isu perubahan iklim sehingga agar semakin banyak mereka yang mulai mengubah mindset dan gaya hidup berkelanjutan. Selain mengembangkan kreativitas, pameran seni ini merupakan bentuk respon para mahasiswa dalam menyoroti isu-isu lingkungan terkini yang dihadapi masyarakat di Perkotaan. Berbagai karya yang dihadirkan dalam pameran ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat perkotaan dan lingkungan seperti keterbatasan lahan,public space dari kacamata Ilmu Arsitektur dan Psikologi Komunitas.

Ashila Chalpia selaku ketua pameran ARCHWORK 7 mengungkapkan ketiganya menjadi isu urban yang patut menjadi perhatian para gen Z. 

“Selain masalah perubahan iklim, dari sudut pandang rancangan desain bangunan yang berdampak pada perubahan iklim dan ekosistem lingkungan, bagi masyarakat perkotaan mulai merasakan problem sosial lainnya yaitu lahan yang semakin terbatas yang berdampak pada psikologis para warga kota, “ ujar Ashila.

Karya-karya seni arsitektur hijau yang dipamerkan merupakan hasil karya original mahasiswa semester 1 sampai semester 7 prodi Arsitektur, guna menumbuhkan semangat para mahasiswa/i Arsitektur UPJ dalam berkarya sekaligus memanfaatkan momentum pameran ini sebagai sarana kebebasan berpendapat, menyampaikan aspirasi, dan kritik terhadap berbagai masalah-masalah yang berkembang di perkotaan, sekaligus penyaluran eksistensi seni arsitektur. 

Melalui pameran ini para mahasiswa didorong berkarya lewat maket arsitektur dan Poster Fotografi Arsitektur Bangunan Hijau. Sehingga setelah mereka menyelesaikan pendidikan di Program Studi Arsitektur, para lulusan mampu merancang dan menguasai ilmu arsitektur hijau yang berkelanjutan, lulusan Prodi Arsitektur dapat mulai merintis karier di konsultan arsitek atau berwirausaha dalam bidang yang masih berhubungan dengan bidang Arsitektur. 

“Siapa lagi yang akan melindungi bumi bila bukan kita. Tentunya menjadi suatu kebanggan jika karyanya di pamerkan, selain dapat dilihat banyak orang sebagai inspirasi, juga menjadi kebanggan tersendiri karena hasil capaian dalam proses belajarnya dapat dipertontonkan orang banyak”, tambah Ahila. 

Pameran ARCHWORK 7 ini turut di meriahkan oleh karya poster arsitektur dari civitas akademik UPJ bersama praktisi yaitu beberapa firma arsitektur yang telah terlibat dalam acara pameran ini. Sebagai sarana untuk memupuk hubungan yang harmonis antar Perguruan Tinggi dan Arsitek bersama-sama memajukan Indonesia lewat desain seni arsitektur. Tidak hanya sekedar memamerkan karya saja, namun juga terdapat sesi diskusi yang interaktif seputar isu-isu urban arsitektur yang menjadi perhatian masyarakat, media, akademisi, dan praktisi di berbagai disiplin bidang keilmuan. Mahasiswa berkesempatan belajar langsung dari praktisi dan para dosen yang ahli dibidangnya. 

Salah satu karya seni yang direview adalah milik Sohir, mahasiswa Arsitektur UPJ angkatan 2021, dengan judul Openi House, menampilkan desain perancangan arsitektur 1 dengan lokasi site di pantai pasir perawan pulau pari kepulauan seribu yang menekankan makna "rumah sejatinya adalah harta yang merawat kita dan begitupun pula sebaliknya."

Makna tersebut diterapkan dengan adanya area berkebun di atap rumah untuk menunjang kegiatan bagi penghuninya, sehingga tidak perlu keluar rumah pun bisa memetik hasil panen dari kebun sendiri "Konsep Ketahanan Pangan". Pengalikasian kebun tersebut juga bukan tanpa alasan, lokasi site yang berada di pulau pari yang mana jauh dari keramaian dan juga kegiatan bertani menjadi alasannya. Konsep lain yang diterapkan dalam Openi House tersebut adalah adanya sensorik park di tengah rumah yang langsung bertemu dengan lantai pasir dan air untuk bermain. Ini diwujudkan untuk mewadahi kegiatan penghuninya yang mana akan diisi oleh seorang anak dan ibu. Dorongan-dorongan kegiatan itulah yang ingin ditampilkan sehingga bisa menyenangkan penghuninya.

“Review karya seni arsitektur ini sangat penting bagi saya, terutama bagaimana seharusnya rancangan arsitektur kedepannya dapat menjawab permasalahan bagi kaum urban” Ujar Sohir.

Prodi Arsitektur UPJ fokus terhadap prinsip-prinsip pembangunan berwawasan lingkungan dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Melalui pameran ini semakin banyak masyarakat yang menyadari masa depan bumi dimana tempat manusia berpijak untuk mulai melangkah mengatasi masalah perubahan iklim yang diakibatkan salah satunya dari pembangunan yang masif dan bisa berpengaruh pada ketersediaan lahan yang berdampak pada sisi  psikologis para penghuninya.