Gelar Konferensi Internasional, UPJ Bahas Isu Urbanisasi di ASEAN

Jakarta - Universitas Pembangunan Jaya sebagai hub dari ASEAN Urban Network sukses menyelenggarakan konferensi internasional di bidang Urban Studies, khususnya Urban Development. Konferensi bertema 'Urbanization in South East Asia: Pattern, Impact, and Sustainability' ini diselenggarakan pada 20-22 September 2021.
Diketahui, ASEAN Urban Network terdiri dari berbagai universitas yang aktif dari tujuh negara di kawasan ASEAN dan universitas dari Eropa, tepatnya Jerman.

Konferensi internasional ini merupakan fase terakhir dari rangkaian tiga tahun kegiatan yang didukung penuh oleh Yayasan Alexander von Humboldt, Jerman melalui Hibah Humboldt Alumni Award yang dimenangkan oleh UPJ di tahun 2018 melalui Humboldt Alumni yaitu Ibu Leenawaty Limantara Ph.D, yang merupakan Rektor UPJ.



Konferensi internasional yang dibuka oleh Head of Division of Science and Technology Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, Stefanie Juergens, M.D. ini dihadiri oleh 86 peneliti muda dari total 176 peserta. Turut hadir pula untuk memberi sambutan, Director DAAD Regional Office Jakarta, Thomas Zettler.

Adapun platform online yang digunakan untuk penyelenggaraan konferensi selama tiga hari ini tidak lantas mengurangi antusiasme peserta konferensi. Tiga orang peneliti internasional yang merupakan ahli di bidang Urban diketahui menjadi Keynotes Speaker dalam konferensi ini. Mulai dari Senior Profesor di Technische Universiteit Dresden Jerman, Prof. Bernhard Müller, Profesor dari Universiti Teknologi Malaysia, Prof. M. Zaly Shah serta perwakilan dari University of Tasmania, Australia, Dr. Catherine Elliot.

      

Selain bertujuan untuk memperluas ASEAN Urban Network yang sudah dibangun sejak tahun 2017, secara khusus konferensi internasional bertujuan untuk memetakan Pola Urbanisasi beserta permasalahan yang terjadi di negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara.

Sebagaimana diketahui, peningkatan arus urbanisasi yang terjadi di kawasan ASEAN dinilai sangat pesat. Diketahui, setengah dari angka populasi kawasan tersebut adalah penduduk yang tinggal di kota. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 60% pada tahun 2025.

Arus urbanisasi membawa manfaat, yakni membuat kota-kota besar berkembang menjadi pusat perdagangan, pendidikan, dan teknologi. Tentunya, hal ini turut mendorong pertumbuhan ekonomi masing-masing negara, juga menciptakan lapangan pekerjaan, dan memperkaya sosial-budaya kota-kota besar. Namun, diperkirakan angka urbanisasi yang tidak terkendali akan mendatangkan masalah besar bagi masyarakat perkotaan.

Masalah besar yang bisa muncul antara lain, meluasnya area pemukiman padat penduduk, serta kerusakan lingkungan yang akan menyebabkan berkurangnya fasilitas layanan dan infrastruktur.



Untuk itu, Head of Division Asia Alexander von Humboldt Foundation, Dr. Katja Yang dalam sambutannya menyampaikan tantangan yang terjadi saat ini dan dengan kondisi dunia yang semakin kompleks hanya bisa dihadapi dengan kolaborasi internasional dalam bidang sains.

"Yayasan Alexander von Humboldt menilai dalam 3 tahun terakhir ASEAN Urban Network telah sukses melaksanakan berbagai workshop internasional juga Summer School dan berhasil bekerja sama dengan ilmuwan dan peneliti terkemuka dari berbagai bidang ilmu. ASEAN Urban Network telah berhasil membawa para peneliti muda di kawasan ASEAN untuk saling bertukar gagasan dan ide dan menghasilkan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh Urban Society," ungkap Dr. Katja dalam keterangan tertulis, Jumat (24/9/2021). (Content Promotion/UPJ)

Baca artikel detikedu, "Gelar Konferensi Internasional, UPJ Bahas Isu Urbanisasi di ASEAN" selengkapnya https://www.detik.com/edu/perguruan-tinggi/d-5739343/gelar-konferensi-internasional-upj-bahas-isu-urbanisasi-di-asean