Prodi Psikologi UPJ Tuan Rumah Webinar Nasional, Diskusikan Riset dan Inovasi di Indonesia

Program Studi Psikologi, Fakultas Humaniora dan Bisnis (FHB), Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) bersama dengan Center for Open Science (COS) menjadi tuan rumah webinar bertajuk Advancing Science in Indonesia: Current Global Research Practices. Kegiatan dilaksanakan pada Senin (21/10/2019) di ruang 803, lantai 8 Universitas Pembangunan Jaya, yang dilaksanakan secara paralel di 38 lokasi penyiaran lainnya pada pukul 09.00 hingga 13.00 WIB. Kegiatan di UPJ sendiri dihadiri oleh sekitar 30 mahasiswa dan dosen Prodi Psikologi UPJ serta sejumlah dosen dari Universitas Bunda Mulia (UBM), Universitas Pamulang, dan STIE Insan Pembangunan. Total ada sekitar 1322 peserta dari 39 universitas negeri maupun swasta di Indonesia yang menghadiri, antara lain: Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Syiah Kuala, Aceh; Universitas Pendidikan Ganesha, Bali; Universitas Muhammadiyah Gorontalo; Universitas Katolik Widya Mandira, NTT, dan sebagainya. Dalam pembukaan acara, Dr. Hendy Tannady, selaku Dekan Fakultas Humaniora dan Bisnis, mengatakan bahwa kegiatan penelitian di Indonesia, khususnya bagi dosen perguruan tinggi, sangatlah penting. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan internasionalisasi yang dilakukan oleh Prodi Psikologi UPJ.

Ada tiga pembicara yang berasal dari Amerika Serikat dan Australia, yang kesemuanya adalah profesor di bidang psikologi. Pembicara pertama, Prof. Brian Nosek, selaku Direktur Eksekutif Center for Open Science (COS), University of Virginia, berbicara langsung dari Amerika Serikat, membahas tentang “Open Science”. Salah satu yang disinggung oleh Prof. Nosek adalah mengenai dampak negatif dari sampel yang kecil terhadap penelitian. “Incentives for individual success are focused on getting it published, not getting it right”, begitu ungkapan beliau menyinggung bahwa peneliti saat ini lebih banyak berfokus pada bagaimana penelitiannya dipublikasikan, bukan bagaimana penelitian dilakukan dengan benar. Di akhir presentasi, Prof. Nosek memperkenalkan dan mengajak para peneliti di Indonesia untuk memanfaatkan OSF untuk berbagi dan berkolaborasi dalam penelitian.

Pembicara kedua, yang juga berbicara langsung dari Amerika Serikat, adalah Prof. Simine Vazire, dari University of California, Davis, membahas “Improving the Quality of Scientific Research”. Beberapa hal yang beliau singgung adalah mengenai pentingnya preregistration penelitian untuk meningkatkan kredibilitas penelitian. Preregistration juga mencegah terjadinya HARKing (Hypothesis After Results are Known), yaitu membuat hipotesis setelah dilakukan analisis data, padahal hipotesis seharusnya dibuat di awal penelitian. Selain itu, Prof. Simine juga membahas tentang pentingnya Registered Reports, yang dapat mencegah terjadinya publication bias, selain juga peneliti dapat memiliki peluang untuk memperbaiki kelemahan penelitian.

Pembicara terakhir, Prof. Virginia Barbour, Australian Open Access Strategy (AOAS), Queensland University of Technology (QUT, Australia), membahas mengenai “Advancing Science in Indonesia: Current Global Research Practices. Where do open publishing practices fit in?”. Prof. Barbour memulai pembahasan dengan menyampaikan perbedaan antara free-access dengan open access, dimana open-access cakupannya lebih luas dari free-access. Beliau juga memberikan tips bagaimana mempublikasi penelitian kepada penerbit jurnal yang terpercaya. Di akhir pemaparan, Prof. Barbour menekankan bahwa keterbukaan (openness) penelitian dapat meningkatkan dampak dan jangkauan penelitian agar tercapainya open scholarship.

Di penghujung acara, Aries Yulianto, S.Psi., M.Si., Kepala Program Studi Psikologi, selaku PIC dan moderator acara, mengatakan bahwa apa yang disampaikan oleh ketiga pembicara, yaitu mulai dari menggunakan open science untuk berbagi dan berkolaborasi penelitian, preregistration dan registered reports untuk penelitian yang dilakukan, hingga open scholarship merupakan hal masih baru bagi penelitian di Indonesia, namun memiliki potensi untuk dikembangkan. “Bagi Prodi Psikologi UPJ sendiri, upaya-upaya menuju open science akan mulai dilakukan sebagai budaya akademik yang ingin dikembangkan di Prodi Psikologi”, tutupnya.